Halaman

Rabu, 03 Oktober 2012

Yadong Fanfiction - Hottest Night


Title : Hottest Night
Author : NabilakimXD
Cast : Park Chanyeol, Yoon jungBin
Rating : NC-21
Genre : Romance, Comedy
Length : Oneshoot

Seperti hari-hari sebelumnya, Chanyeol selalu berkunjung ke rumah Jungbin, ataupun sebaliknya. Chanyeol dan Jungbin adalah teman dari kecil. Mereka sangat dekat, bahkan sering menginap bersama. Kedua orangtua mereka telah tiada. Mungkin itu salah satu alasan mengapa mereka begitu dekat karena keduanya mempunyai nasib serupa.

-JungBin POV-
Minggu di musim semi, ketika bunga-bunga chaerim berguguran. Yup! That’s so very beautiful. Aku berjalan kerumah chanyeol atau yang biasa aku panggil Yeolli. 1. . 2. . 3. . . . . . 9. . Yeah! Hap! 10~ Tepat diloncatan ke sepuluh aku tiba didepan pintu rumahnya. Jarak rumah kami memang dekat, hanya dibatasi dua rumah, itupun tidak berpenghuni. Jadi kalaupun aku hanya berteriak dari dalam rumah, Yeolli tentu dengar. Ya, karena kedua rumah itu sangat hening.
“YEOLLIE AKU DATANGGGGGG.” Teriakku sambil masuk kedalam rumahnya. Namun tidak ada yang menyahutiku, aku langsung berlari ke arah kamar namja yang berumur dua tahun lebih muda dariku ini. Tepat! Dia ada disana. Ya, mana mungkin seorang Yeolli bisa bangun pagi? Ckck-_- Eittss Tapi ternyata Yeolli memang sudah bangun. Aku langsung menghampirinya.
“Hey!” panggilku seraya menepuk punggungnya. “Waw ternyata seorang Yeolli bisa juga bangun pagi. Hebat! Benar-benar mengharukan.” Ledekku.
“Yeoja cerewet! Aku sedang menonton film. Bisa diam tidak? Huh!” Bentaknya sambil melempar bantal kearahku.
“Hahahaha memang begitu kan kenyatannya? Memangnya kau sedang menonton apa?” Ucapku sambil menoleh kearah layar TV miliknya itu. Aku langsung sontak dan reflex menutup mata saat melihatnya. Bagaimana tidak? Yang ditontonnya itu film YADONG. Chanyeol memang sudah gila, ckck.

-Chanyeol POV-
                JungBin noona langsung menutup matanya saat ia melihat film yang kutonton berulang-ulang sedari tadi.
“YAK! ITU KAN FILM YADONG.” Bentaknya yang hanya dibalas gumaman dariku.
“HEY! KAU INI MASIH DIBAWAH UMUR! CEPAT BERIKAN REMOTNYA PADAKU!”
“tidak mau.”
“CEPAT BERIKAN!” Ucapnya sambil berusaha mengambil remot dari genggamanku. Aku langsung menaruh telunjukku ke bibirnya sebagai isyarat untuk diam. Namun mataku masih tetap memandang layar, supaya tidak ada bagian yang terlewatkan meski hanya sepersekian detik.
Tiba-tiba pemandangan indah dilayar TVku hilang dihalang oleh JungBin noona. ‘Aishh mengganggu saja’ –gumamku.
“Anak kecil tidak boleh menonton film seperti itu. Nonton saja yang ini.” Ucapnya sambil menyodorkan kaset Dora The Explorer dengan gaya yang dibuat-buat seperti ingin membujuk anak bayi yang menginginkan sebuah mainan dan digantikan oleh sebatang permen lollipop. ‘cih dasar’ –gumamku. Tiba-tiba suatu ide meluncur begitu saja, aku langsung memasang evil smirk yang dibalas tatapan bingung darinya.
“Karena kau sudah menggangguku, kau harus mendapat balasannya.” Ucapku sambil mengangkat dagunya dan mendekatkan wajahku hingga tinggal beberapa senti dari wajahnya. Ia terlihat sangat gugup. Dari jarak sedekat ini dapat kudengarkan detakan jantungnya yang begitu kencang. Dengan perlahan aku semakin mendekatkan bibirku dan sekarang bibir kami bertaut.

-JunBin POV-
                Dia menciumku? Seperti terkena sengatan listrik dan aliran darahku seperti berhenti seketika. Tapi aku mencoba membalas ciumannya. Makin lama ciuman ini makin panas. Ia menggigit bibir bawahku dan memasukan lidahnya kemulutku. Mengabsen setiap isi mulutku. Dan sekarang saliva kami bertukar-tukar. Detik berikutnya ia melepaskan ciumannya. Ia tersenyum padaku, memandangiku lekat. Ya akhirnya aku bisa bernafas setelah sepersekian detik yang lalu lupa cara bernafas dengan benar.
                Setelah itu dia menggendongku dan meletakkanku di kasurnya. ‘apa-apaan ini?’ Pikiranku mulai kacau. Saat aku mau melontarkan kata-kata, ia sudah lebih dahulu mengunci bibirku dengan bibirnya. Ia menindihku. Ciuman itu beralih ke telingaku yang membuatku bergeliat geli.
                “Noona~ saranghae” Bisiknya sebelum ia menciumi daun telingaku, yang tentu saja membuatku kaget, namun aku tersenyum bangga mendengarnya.
                “nado~” ucapku lirih.     
                Ciumannya tidak berakhir disana saja, ciumannya turun ke leherku dan membuat banyak kissmark disana sampai dibelahan dadaku lalu ia menciumi bibirku lagi, namun kali ini lebih ganas. Tangannya mulai tidak bisa diam, mencoba masuk kedalam bajuku mencari pengait bra disana. Ia melepasnya. Lalu ia membuka kancing kemejaku satu persatu. Melepas kemejaku dan membuangnya ke sembarang tempat. Dadaku sekarang tidak tertutupi apapun lagi. Aku mencoba menghentikan aksinya namun tangannya menahanku.
                “Whoa! Noona dadamu lebih besar dari yang aku bayangkan.” Ucapnya sambil meremas-remas payudaraku dan mengulum nippleku.
                “sshhh aahh... shhh... Yeolli hentikan.. ahhh” desahku yang malah membuatnya makin bernafsu.
                “Tidak mau.” Ucapnya lalu kembali mengisap nippleku kuat, seperti anak kecil yang tengah kehausan.
       "Anak nakal!" jitakku 
                Dia terus merangsangku, kepalanya turun ke perutku, meciumnya dengan ganas dan membuat kissmark disana. Tangannya melepaskan rok mini ku. Ia meraba CD ku yang membuatku menggelinjat.
                “Kau sudah basah rupanya.” Ucapnya dengan evil smirk pinjaman(?) dari hyungnya –Kyuhyun- setelah melepaskan ciuman diperutku.  Lalu ia duduk dan membuka CDku. Aku ingin mencegahnya. Ingin sekali. Namun ragaku seperti telah terkena obat bius disekujur tubuhku. Aku hanya bisa menangis. Ia menciumi dinding vaginaku singkat. Menjilati lubang vaginaku, dan menggigitinya terutama pada bagian klitorisku hingga merah
                "Emgghh.....ahhh....sshh....ohh..." Desahku semakin keras, yang malah terdengar seksi baginya.
       Nafsunya kian memburu, jari telunjuknya masuk ke dalam lubang vaginaku. Hal itu membuatku lagi-lagi bergelinjat hebat dan sangat hebat.
        "ARGHH!! Yeol.. Ahh hen.. Tikan... shh..ohhh"
        "Ini akan sangat nikmat noona." Ucapnya santai. Aku hanya terus mendesah, tidak bisa mengelaknya karena kini aku benar-benar menikmatinya. Oh I'm going crazy.
        "Hey! Tidak maukah kamu bermain-main dengan tubuhku ini noona?" Tanyanya disela-sela permainannya, yang hanya kubalas dengan gumaman. Ia memutar posisi tubuhnya menjadi 69. Aku langsung membuka celana beserta CDnya yang menonjolkan sesuatu didalamnya. Aku mencium, memilin dan menggigit juniornya hingga membesar. Aku bermain ganas mencoba membalas ulahnya.
          "Juniormu besar juga rupanya" ucapku sambil memilin juniornya itu.
    "Itu karena rangsanganmu noona" balasnya sambil mengocok vaginaku. Membuatku merasakan sensani yang sangat nikmat.
    Tiba-tiba cairannya tumpah didalam mulutku saat aku kembali bermain-main dengan juniornya itu.
      "Hueeek"-,-
      Chanyeol langsung melumat bibirku ketika melihatku. Mengabiskan cairannya bersama-sama. Ia memutar posisi badannya ke semula. Ia mulai meremas-remas payudaraku lagi dan mengulumnya kuat. Juniornya sudah sangat tegang siap untuk dimasukkan kedalam lubang vaginaku begitu pun sebaliknya.
   "Sshh noona boleh aku masukkan?" Belum sempat aku jawab, Ia langsung memasukkan juniornya kedalam lubang vaginaku. Menggenjotnya penuh irama.
"ARRGHH!!!" Teriakku saat ada sesuatu yang terrobek didalamnya. Selaput daraku tentunya. Aku langsung menggelinjang sangat hebat dan tidak sengaja menendangnya hingga dia terpental ke lantai. Oh tidak apa sudah yang aku lakukan? -batinku.
Aku menghampirinya.
"Yeolli maaf, aku tidak bisa. Kita belum terikat apapun. Aku takut sesuatu terjadi padaku jika aku terus mengikuti nafsuku." Ucapku terisak memandangnya yang tengah mengusap-usap kepalanya yang sempat terbentur lemari.
"Gwenchana. Sekarang cepat pakai bajumu dan setelah itu bantu aku memakai pakaianku. Tanganku sakit."
****
"Yeolli~ kita mau kemana?" Tanyaku saat kami dalam perjalanan entah itu kemana"
Chanyeol memberhentikan mobilnya. "Noona! Ayo kita menikah!" Jawabnya sebelum ia turun dari mobil dan menggendongku ke arah KUA. Apa? KUA? OMO Yeolli!!!! x_x
"Yak! Cepat turunkan aku! Aissh apa-apaan kau? Hah?"
"Hey! Mana mungkin pernikahan bisa dilakukan secepat ini?"
"YAK!! Antar aku pulang! Cepat! Huah"
****
-In the first night-
Aku sangat lelah hari ini. Yeolli benar-benar membuatku gila. Aku ingin segera tidur. Namun sepertinya aku tidak yakin bisa selamat malam ini.
"Annyeong. JungBin istri sahnya Park Chanyeol yang sangat tampan. Ayo cepat kesini~" dia melambaikan tangannya dengan senyuman lebar yang tak pernah pudar dari wajahnya. Terlihat jelas ia tengah menabur bunga-bunga mawar diatas tempat tidur kami itu dan merebahkan tubuh diatasnya seusai menaburkan bunga.
 "Tidak mau." Aku menjulurkan lidahku sebelum melangkah ke luar kamar. Belum sampai pintu, ia sudah mengangkatku dan merebahkanku di kasur.
"Anak nakal." Jitaknya pelan.
"Yak! Itu kata-kataku!" Aku pun membalas jitakannya.
"Aaargh sakit." Keluhnya.
"Ah mian~ aku tidak sengaja yeol." ucapku merasa sangat bersalah. "Tunjukan mana yang sakit, biar aku obati. Aku ambil kotak obatnya dulu." Sambungku sebelum berdiri untuk mengambil kotak obat.
"Jangan pergi" dia menarik tanganku untuk tetap diam. "Aku hanya perlu itu." Ucapnya sambil menunjuk bibirku dengan jari telunjuknya.
Aku tersenyum lalu mengecup bibirnya lembut. Ketika aku mau melepaskannya, tangannya menarik kepalaku agar bibir kami tetap bertaut. "Ayo kita lanjutkan permainan tadi siang" -bisiknya disela-sela ciuman kami. Ciuman yang sangat panas. Dan permainan kami pun dimulai.

-THE END-

Fanfiction - Waiting


Title : Waiting
Author : NabilakimXD
Cast : Lee Ji Eun (IU), Jo Kwangmin
Rating : General
Genre : Angst
Length/type : Ficlet

Penantian yang hanya akan tetap menjadi sebuah penantian, penantian buta.


Tiga tahun telah berlalu. Tidak terasa, waktu yang kutunggu-tunggu akan segera datang sebentar lagi. Aku memandangi kalender yang terpajang di langit kamarku. Terlihat tanggal 5 oktober besok tertulis jadwal Kwangmin oppa pulang. Yup, itu artinya besok dia akan bersamaku kembali.
Matanya, hidungnya, bibirnya, suaranya, semuanya! I miss him so badly~ Jarak diantara kami membuat kami sulit berkomunikasi, bahkan tak pernah. Setiap kali aku menghubunginya, tidak pernah diangkat, dan kalaupun aku mengiriminya email, email itu hanya akan menjadi sampah, sampah yang akan membusuk jika terus dibiarkan. Aku menghela nafas panjang. Tapi semuanya akan berakhir besok.
"Oppa.. nan jeongmal bogoshippo~" ucapku lirih sebelum kututup kedua kelopak mataku dan terlelap dibalik selimut.

 ***

Aku mengecek kembali kalenderku. Dan benar saja! Tidak bisa dipungkiri, aku benar-benar bahagia saat ini. Yeah aku lah calon pemenang lomba bagus-bagusan mood(?) tahun ini! Tapi mana ada lomba semacam itu? Huh yasudah lupakan.-_-v

Aku melesat keluar, dan bergegas menjemput oppa di Incheon International Airport...

Eh? Tapi sepertinya keyakinanku sebagai pemenang lomba bagus-bagusan mood tidak lagi. Satu jam, dua jam, tiga jam, mungkin itu tidak seberapa. Tapi ini? Aku sudah menunggunya lebih dari 12 jam dan sama sekali tidak membuahkan hasil. 'Oppa eodiga?' hatiku mulai kalut. Senyumku perlahan memudar. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke apartemenku.

Keesokan paginya aku kembali ke bandara Incheon. Menunggu dan terus menunggu. Hal ini terus berlanjut hingga seminggu berturut turut. Hasilnya? Nihil.

Hari terus berganti hari. Musim gugur dimana langit berwarna biru, cuaca cerah dan hangat serta pegunungan berhutan yang terang benderang dengan pesona warna warni musim gugur yang menakjubkan pun telah berganti menjadi butiran salju yang turun dari langit dan menutupi seluruh permukaan tanah sehingga cukup dingin jika tidak memakai pakaian hangat di musim ini. Hari-hari ku lalui layaknya mayat hidup. Tidak ada harapan hidup yang terlukis di wajahku.

"Oppa~ kembalilah. Dimana kau? Aku merindukanmu." ucapku lirih sambil merangkul sebuah bingkai foto.
Lamunanku pecah ketika ada sesosok orang menekan bel pintu apartemenku. Aku melangkah gontai ke arah pintu, membukanya perlahan.

"Annyeong~ IU-ssi?" Sapanya. Suaranya mirip dengan.... Ah tidak salah lagi, ini memang dia! Aku langsung terlonjak saat melihat wajahnya. Dengan refleks aku memeluknya. Air mataku sudah menggenang dan siap untuk dikeluarkan. Belum sempat aku melontarkan kata-kata, ia melepaskan pelukanku,

"Mian, perkenalkan namaku Jo Kwangmin. Appa yang menyuruhku memberikan ini kepadamu, terimalah~" Ucapnya sambil menyodorkan sebuah undangan dengan seakan-akan ia tidak mengenalku, sama sekali.

Aku hanya memandang kedua bola matanya bergantian, menatapnya lekat. Ya tuhan mengapa sikapnya seperti ini? Seakan akan tidak pernah mengenalku yang mengisi hatinya selama lima tahun lebih. Apa secepat ini ia melupakanku?  Atau ia memang lupa ingatan? Ya tuhan...

"IU-ssi?" ulangnya dengan keherananan. Heran? Justru aku yang lebih heran. Sikapnya, berbeda sekali. "Aa~ Yasudah aku pamit dulu ya. IU-ssi, annyeong~" lanjutnya lalu pergi meninggalkanku yang terpaku oleh kehadirannya barusan. Aku ingin menumpahkan seluruh keluhku. Namun tenggorokanku seperti tercekat. Aku hanya bisa menatap setiap langkahnya hingga sosoknya hilang dari pandanganku.

Kubuka undangan pemberiannya. Disana tertulis jelas...
Seketika itu air mataku tumpah dengan derasnya. Sekujur badanku lemas, tiba-tiba pandanganku berubah gelap, sangat gelap, dan aku terjatuh ke lantai.

Penantian yang hanya akan tetap menjadi sebuah penantian. Terlalu perih untuk dikenang. Bagaikan ada sebuah benda runcing tertancap kedalam lubuk hatiku. Luka yang sangat dalam, butuh waktu yang sangat lama juga untuk menyembuhkannya. Bahkan kufikir, berjalannya waktu pun tidak cukup untuk mengobatinya. It's hurt~ Kalau begini, rasanya aku lebih baik tidur. Tidur untuk selamanya. Selama lamanya~




-END-